Kamis, 06 Maret 2025

BEM UBT Hiring Terbuka: Tarakan Butuh Solusi, Bukan Wacana!

PERSMA, 7 Maret 2025 – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Borneo Tarakan (UBT) menggelar Hiring Terbuka bersama Pemerintah Kota Tarakan di Gedung Graha Pemuda, Kamis (6/3). Forum ini membahas enam isu mendesak di Kota Tarakan: permasalahan banjir, anak yang berjualan di jalanan, kesejahteraan petani rumput laut, program makanan bergizi gratis, pengelolaan limbah pabrik ubur-ubur, dan beasiswa bagi mahasiswa.

Ketua BEM UBT, Ndaru Teguh, menegaskan bahwa forum ini merupakan bentuk pengawalan terhadap permasalahan lama yang belum terselesaikan, terutama setelah transisi kepemimpinan di legislatif dan eksekutif.

"Kami tidak ingin masalah-masalah ini hanya menjadi catatan tanpa solusi. Hiring terbuka ini bertujuan untuk memastikan bahwa pemerintah benar-benar menindaklanjuti isu yang sudah lama dihadapi masyarakat Tarakan," ujar Ndaru.

Ia menekankan bahwa keenam isu tersebut memiliki tingkat urgensi yang sama. "Semua isu ini berdampak langsung pada masyarakat. Tidak ada yang lebih penting dari yang lain, karena semuanya membutuhkan perhatian segera," tambahnya.

Ketidakhadiran Wali Kota Tarakan dalam forum ini menjadi sorotan utama. Simon Patino, S.AB., Ketua Komisi II DPRD Kota Tarakan, hadir sebagai perwakilan DPRD dan menyatakan keterbukaan terhadap aspirasi mahasiswa.

Koordinator Lapangan (Korlap) acara, Andrew Mozak Nicholas, mengapresiasi kehadiran perwakilan DPRD namun menyayangkan absennya Wali Kota.

"Seharusnya Wali Kota juga hadir dalam audiensi ini karena masalah yang kami angkat merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Kami berharap ada komitmen nyata dari pihak eksekutif, bukan sekadar pembahasan di tingkat legislatif," ungkapnya.

BEM UBT berkomitmen mengawal hasil diskusi hingga ada langkah nyata dari pemerintah. Ketua BEM UBT menjelaskan bahwa komitmen yang disampaikan DPRD telah dituangkan dalam pakta integritas, yang menegaskan keseriusan dalam menangani permasalahan tersebut.

Namun, ia menekankan bahwa jika dalam waktu dekat tidak ada progres yang jelas, BEM UBT siap melakukan aksi demonstrasi untuk menekan pemerintah agar segera bertindak.

"Kami menunggu realisasi janji yang telah disampaikan oleh ketua komisi II DPRD Kota Tarakan. Jika tidak ada tindak lanjut konkret, mahasiswa akan turun ke jalan untuk menuntut pertanggungjawaban pemerintah," tegas Ndaru.

Para mahasiswa menekankan pentingnya komitmen nyata dalam menyelesaikan permasalah yang berdampak langsung pada masyarakat Tarakan.



(EN,MFA,AN,RR)\

Rabu, 12 Februari 2025

APH PARAH MASYARAKAT RESAH


PERSMA, 12 Februari 2025 - Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan (BEM UBT) bersama Aliansi Masyarakat Resah (AMARAH) menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Polres Tarakan dan POMAL. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kelalaian Aparatur Penegak Hukum (APH) dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.

Presiden Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan (PRESMA UBT), Ndaru Teguh, menjelaskan bahwa demonstrasi ini dipicu oleh banyaknya aduan masyarakat yang diserahkan kepada LBH Hantam dan Syamsudin Associates. "Banyak laporan masyarakat yang diserahkan kepada LBH Hantam dan Syamsudin associates, namun tidak ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian. Ada laporan yang mandek selama 1 hingga 4 tahun tanpa ada tindak lanjut. Inilah yang mendorong BEM UBT untuk berperan sebagai agen social of control dengan menyuarakan keresahan masyarakat ini," ujarnya.

Fadil, koordinator lapangan aksi AMARAH, menyatakan bahwa aksi ini didasarkan pada hasil konsolidasi yang dilakukan pada 5-9 Februari 2025. "Berdasarkan kajian data laporan masyarakat, kami memutuskan untuk turun ke jalan mengawasi proses penegakan hukum di Kota Tarakan," jelasnya.

Salah satu temuan bukti konkrit yang disoroti adalah masyarakat hanya menerima tanda terima laporan pengaduan tanpa nomor register dan kop surat kepolisian resmi, yang berarti tidak ada kepastian hukum yang mengikat.

Hasil dari aksi ini adalah tercapainya negosiasi dengan pimpinan kepolisian Kota Tarakan yang menyatakan kesediaan untuk menangani tuntutan yang disampaikan. AMARAH berkomitmen untuk terus mengawal isu ini agar kejadian serupa tidak terulang.

Pihak AMARAH menegaskan bahwa jika penegak hukum tidak mampu mengambil tindakan sesuai tuntutan, mereka menuntut pencopotan pimpinan polisi Kota Tarakan. Aksi ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran dan memberikan efek jera, dengan ancaman akan ada aksi yang lebih besar jika tidak ada perbaikan.

(AG,VJ)

Selasa, 21 Januari 2025

KOLABORASI: KUNCI KEMAJUAN UBT YANG SERASI

 

Sumber: HUMAS UBT

PERSMA, 22 Januari 2025 - Universitas Borneo Tarakan (UBT) menggelar acara pengukuhan dan pelantikan pengurus organisasi mahasiswa tingkat universitas pada Selasa (21/1) di Ruang Serbaguna Gedung Rektorat Lantai 4. Acara yang dipimpin langsung oleh Rektor UBT, Prof. Dr. Yahya Ahmad Zein, S.H., M.H., dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, para dekan fakultas, dosen pembimbing organisasi mahasiswa, staf, dan mahasiswa yang akan dilantik.

Acara pelantikan dibuka dengan pembacaan Surat Keputusan (SK) pengurus ORMAWA periode 2025. Selanjutnya, pengucapan sumpah jabatan yang dipimpin oleh Rektor UBT dan diikuti oleh seluruh pengurus terpilih. Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa, Windi Ningsih, kemudian memimpin pembacaan pernyataan pengurus yang diikuti oleh seluruh anggota ORMAWA.

Dalam pidatonya, Ndaru Teguh Prakoso selaku Presiden Mahasiswa memperkenalkan Kabinet PROGRESIF dan mengajukan beberapa usulan kepada pihak kampus. Usulan tersebut mencakup pengadaan sekretariat yang layak untuk setiap organisasi mahasiswa dan optimalisasi anggaran untuk mendukung berbagai kegiatan kemahasiswaan. Presiden Mahasiswa juga mengajak seluruh mahasiswa untuk berperan aktif dalam memajukan UBT di tingkat nasional.

Sumber: HUMAS UBT

Menanggapi usulan tersebut, Rektor UBT menyatakan komitmennya untuk meningkatkan anggaran BEM, BPM, dan UKM.

"Saya sudah mempelajari anggaran dan berkomitmen untuk menaikkannya. Namun, mahasiswa juga harus berkomitmen menyerahkan LPJ tepat waktu karena ini merupakan anggaran negara. Kita ingin mendukung mahasiswa untuk selalu melakukan kegiatan positif," ujarnya.

Rektor UBT turut mengajak mahasiswa untuk berkolaborasi dalam pergerakan menuju perubahan yang lebih baik melalui inovasi yang bermanfaat untuk banyak orang.

"Ini tantangan, sekaligus peluang dan harapan saya sebagai Rektor Universitas Borneo Tarakan. Mari bersama-sama kita berkolaborasi karena perkembangan dunia saat ini membutuhkan gerakan yang cepat, tepat, dan terarah," tegasnya.

Kolaborasi antara kepengurusan dan pihak kampus tahun ini diharapkan mampu memajukan UBT di kancah nasional maupun internasional melalui berbagai prestasi.

PEMIMPIN BARU, MASA DEPAN BARU UBT

 

PERSMA, 22 Januari 2025 - Universitas Borneo Tarakan memasuki babak baru dengan terpilihnya dua pemimpin organisasi mahasiswa tertinggi. Ndaru Teguh Prakoso terpilih sebagai Presiden Mahasiswa yang memimpin Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), sementara Windi Ningsih terpilih sebagai Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) periode 2025.

 

Ndaru membawa visi perubahan melalui Kabinet Progresif. "Progresif adalah perubahan nyata menuju masa depan yang lebih baik lagi yang kami manifestasikan dalam nama kabinet kami, Kabinet Progresif. Dengan harapan kami bisa membawa perubahan yang lebih baik, melakukan aksi yang nyata dan proaktif menanggapi isu isu yang ada di kampus" ujarnya dalam pidato pelantikan.

 

Di sisi lain, BPM di bawah kepemimpinan Windi Ningsih mengusung Kabinet Cita Dharma yang menekankan pada prinsip keadilan. Fokus utama BPM adalah menciptakan lingkungan yang adil bagi Ormawa-ormawa mahasiswa dengan menjaga komunikasi dan hubungan baik yang merata dengan kabinet ini.

Kedua pemimpin mahasiswa ini memiliki visi yang saling melengkapi. BEM dengan semangat progresifnya siap mendorong perubahan positif, sementara BPM berkomitmen menjaga keseimbangan dan keadilan dalam kehidupan organisasi mahasiswa. Keduanya diharapkan dapat menjadi wadah yang mampu menampung aspirasi, ide maupun kreativitas mahasiswa Universitas Borneo Tarakan ini.


(RNTMKS)

Sabtu, 21 Desember 2024

Pemukulan Anggota PANWAS: PEMIRA Harmonis Hanya Sekadar Angan

PERSMA, 22 Desember 2024 - Insiden kekerasan terhadap seorang anggota Panitia Pengawas (PANWAS) Universitas Borneo Tarakan (UBT) mencoreng pelaksanaan Pemilihan Raya (PEMIRA) di kampus tersebut. Salah satu anggota PANWAS, berinisial Z, menjadi korban pengeroyokan di lantai 1 Gedung Rektorat pada Rabu (11/12).  

Peristiwa ini bermula dari ketegangan antara PANWAS dan Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) terkait dugaan pelanggaran prosedur. PANWAS telah mengirimkan surat teguran kepada KPUM agar menunda proses pendaftaran calon karena adanya pelanggaran mekanisme. Namun, KPUM tetap bersikukuh melanjutkan proses tersebut, sehingga memicu konflik di lapangan.  

Ketika salah satu calon bersama tim suksesnya tiba untuk mendaftar, PANWAS meminta pendaftaran ditunda hingga temuan pelanggaran diselesaikan melalui rapat pleno bersama. Z dan beberapa anggota PANWAS berupaya menghentikan proses dengan mengambil berkas pendaftaran. Tarik-menarik berkas pun terjadi, yang kemudian memanas hingga berujung pada pengeroyokan terhadap Z oleh sekelompok orang yang diduga berasal dari tim sukses calon.

Salah seorang anggota PANWAS berinisial A, yang sedang berada di lokasi menjelaskan bahwa insiden kekerasan ini bermula dari kesalahpahaman. Ketua PANWAS yang mencoba merebut berkas mendapat perlindungan dari Z, tetapi tim sukses mengira Z turut merebut berkas, sehingga memicu serangan. Akibatnya, Z terpojok di sudut lantai 1 Gedung Rektorat dan dianiaya oleh sekitar 15 orang.

“Kekerasan semacam ini tidak pantas terjadi, apalagi di lingkungan kampus yang seharusnya menjadi tempat penyelesaian masalah secara damai,” ungkap A. Ia juga menegaskan perlunya langkah serius untuk menenangkan massa. Meski mediasi antara KPUM dan PANWAS telah dilakukan, solusi memuaskan berlum tercapai.  

Situasi baru terkendali setelah pihak keamanan dan birokrasi UBT turun tangan. Namun, Z mengkritik lambatnya respon pihak terkait dalam menangani kasus ini dan berharap agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Ketua KPUM, Anhari,  memberikan tanggapan terkait insiden tersebut. Ia menyebutkan bahwa konflik dipicu oleh tindakan Panwas yang dianggap melampaui wewenangnya. “Tindakan penghalangan pendaftaran dan pengambilan berkas oleh lembaga yang tidak memiliki tupoksi seperti itu sangat disayangkan, apalagi dilakukan oleh ketua PANWAS sendiri,” ujarnya. 

Anhari menegaskan bahwa langkah tersebut dianggap melampaui fungsi PANWAS yang seharusnya hanya mengawasi jalannya PEMIRA, bukan menghentikan proses pendaftaran. Menurutnya, tindakan semacam ini dapat dikategorikan sebagai pelanggaran serius dalam PEMILU dan dapat dikenai sanksi jika terjadi di luar konteks kampus.

Ia juga menyoroti perlunya pemahaman yang lebih baik dari setiap lembaga mengenai tugas dan fungsinya masing-masing. “Kami berharap ke depan, semua pihak dapat memahami tupoksi lembaganya dengan lebih baik demi kelancaran PEMIRA yang aman dan damai,” tutupnya.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa menciptakan PEMIRA yang tentram, masih menjadi tantangan bagi seluruh pihak di UBT.

Minggu, 08 Desember 2024

MUBES UBT PANAS: LPJ DITOLAK, KINERJA BEM UBT JADI SOROTAN

 


PERSMA, 08 Desember 2024 - Musyawarah Besar (Mubes) yang diseleggarakan oleh Badan Perwakilan Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan (BPM UBT) tahun ini berlangsung dengan penuh dinamika dan kontroversi. Puncaknya adalah penolakan terhadap Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan (BEM UBT). Keputusan ini memicu perdebatan sengit di kalangan mahasiswa dan menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai kinerja BEM selama satu periode. 

Salah satu alasan utama penolakan LPJ adalah terkait kinerja BEM UBT yang dinilai kurang memuaskan. Beberapa mahasiswa merasa bahwa BEM UBT belum maksimal dalam menyerap aspirasi mahasiswa, merealisasikan program kerja, serta mengatasi konflik internal.

"Dapat kita rasakan bersama sebagai mahasiswa UBT bahwa kinerja BEM UBT pada periode ini itu sekiranya belum mencukupi harapan kita sebagai masyarakat. Mulai dari penyerapan aspirasi, bakal realisasi terkait aspirasi yang kita berikan dan itu bukan hanya dari satu dua orang tapi beragam sudut pandang dari fakultas." ujar peserta mubes yang menolak LPJ.

Selain itu, ketidakhadiran sebagian besar pengurus BEM UBT dalam penyampaian LPJ menjadi sorotan peserta MUBES. 

"Jumlah total kepengurusan adalah 125, tapi saat penyampaian LPJ hanya 18 yang hadir, dan ada beberapa Biro Kementerian bahkan Sekretaris dan Bendahara Umum yang tidak bisa ikut menyampaikan LPJ, hingga harus diwakilkan" ungkap salah satu mahasiswa yang menolak LPJ. 

Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai tingkat partisipasi dan komitmen pengurus BEM. 

Tudingan lain mengenai adanya konflik internal dalam tubuh BEM UBT yang berdampak pada kinerja organisasi dinilai telah menghambat pelaksanaan program kerja dan mengurangi efektivitas BEM UBT dalam menjalankan tugasnya . 

"Terjadi konflik internal yang secara terang-terangan diperlihatkan di media sosial," ujar salah satu peserta mubes yang menolak LPJ. 

Peserta lainnya, menyoroti ketidaksesuaian antara laporan keuangan dengan realita di lapangan. "Dalam LPJ tertulis kondisi printer baik, tapi dalam anggaran kepanitiaan ada biaya untuk mencetak. Ini menimbulkan pertanyaan," ujarnya. 


Kendati demikian, pihak BEM UBT menyatakan adanya miskomunikasi dan kesalahpahaman yang menyebabkan penolakan LPJ.

"Penolakan ini karena asumsi liar yang tidak ada bukti kongkrit, tetapi publik tetap melakukan asas praduga bersalah kepada kabinet sampai akhirnya di MUBES tetap pada kerasis-an personal bukan pandangan objektif selama 1 periode kepengurusan BEM UBT," ujar salah satu pengurus BEM UBT. 

Pengurus BEM UBT juga mengakui adanya sejumlah kekurangan dalam pelaksanaan program kerja.

"Bagian yang kurang baik adalah alur sirkulasi komunikasi di BEM, baik pengurus biasa maupun pengurus inti selalu melewati hal tersebut, kemudian kurangnya harmonisasi kabinet yang terlalu minim untuk berkomunikasi secara bersama, sehingga banyak alur koordinasi pada pengurus inti pun terputus dan yang terakhir banyak miss pada masalah administrasi." 

Proses MUBES sendiri juga dinilai kurang objektif dan cenderung memihak. Banyak mahasiswa yang mengeluhkan adanya pembatasan suara peninjau dan keputusan-keputusan yang diambil secara terburu-buru tanpa melalui diskusi yang mendalam. 

"MUBES kemarin itu penuh dengan kericuhan, apalagi di beberapa keputusan yang muncul pada saat konsideran atau di tiap-tiap pleno, ada beberapa teman yang tiba-tiba walk out, dimana hal-hal seperti itu, itu tidak penuh dengan kedewasaan," ungkap salah satu peserta forum 

Pengurus BEM UBT menuturkan, "Saya melihat dari kacamata seseorang yang subjektif karena saya adalah pihak yang tertolak LPJ-nya. Saya datang dari hari pertama hingga hari ke-empat dan tidak ada rasanya yang objektif pada mubes tahun ini, semuanya bersifat personal dan terang-terangan menunjukkan kepentingan." 

Ketua BPM UBT, Fakhry Arya Dzakwan menjelaskan tentang kendala dan tantangan yang mereka hadapi selaku penyelenggara MUBES. 

"Untuk kendala dari pada MUBES kemarin adalah ketertiban dan kekondusifitasan forum sampai terjadi perpanjangan waktu  pelaksanaan. Saya merasa beberapa rekan peserta tidak lagi mementingkan apa tujuan dari pada MUBES itu sendiri, mulai dari pelanggaran POK untuk perumusan Tata Tertib Mubes, kemudian pembahasan AD-ART yang begitu singkat tanpa banyak pertimbangan, sampai evaluasi kinerja BEM yang tidak objektif karena terdapat beberapa kepentingan orang untuk menolak LPJ BEM. Harapan saya semoga tidak ada lagi pelanggaran pelanggaran aturan (hukum) yang terjadi di dalam MUBES selanjutnya, tujuan kita semua sama kita mau kedepan nya ORMAWA UBT menjadi lebih baik dari pada sebelumnya," ujarnya. 

Meskipun MUBES kali ini berakhir dengan kekecewaan, sejumlah mahasiswa berharap agar BEM ke depannya dapat lebih transparan, akuntabel, dan fokus pada kepentingan mahasiswa.

 "Semoga lebih progresif dan lebih aktif dalam menyambung aspirasi," ujar salah satu mahasiswa 

Mahasiswa lain menambahkan, "Saya berharap tiap-tiap program kerja yang dilakukan oleh BEM UBT lebih besar outputnya untuk seluruh mahasiswa UBT. Bukan hanya pengurus yang menjalankan program kerjanya, tapi punya manfaat yang besar untuk semua mahasiswa UBT tanpa terkecuali." 

Penolakan LPJ BEM UBT tahun 2024 menjadi sebuah pelajaran berharga bagi seluruh civitas akademika UBT. Kejadian ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas organisasi kemahasiswaan di kampus.


(MSS)

Kamis, 31 Oktober 2024

Seminar Peringatan Hari Listrik Nasional Tahun 2024: Mendorong Transformasi Energi Hijau di Universitas Borneo Tarakan



PERSMA-01 November 2024 - Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (HMTE) Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan memperingati Hari Listrik Nasional dengan menggelar seminar bertajuk "Transformasi Industri dalam Menghadapi Peralihan Energi Hijau di Masa Depan dengan Membentuk Sumber Daya Manusia yang Kompetitif" yang menghadirkan berbagai penanggap dari kalangan akademisi dan industri, termasuk dosen, perwakilan dari PT Pertamina, DLA, dan PT KIPI. Mereka membahas kinerja industri energi dalam berkompromi dengan energi hijau pada Minggu (26/10).

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM FT), Benediktus, memberi dukungan penuh terhadap kegiatan ini. Ia menganggap seminar ini sebagai langkah strategis dalam mempersiapkan mahasiswa Teknik Elektro menghadapi tantangan di sektor energi hijau. 

"Acara ini membuka peluang bagi mahasiswa Teknik Elektro untuk memperdalam pemahaman mereka tentang energi hijau. Kami juga berharap siswa-siswi SMA yang hadir dapat memperoleh wawasan baru yang bermanfaat,” ujar Benediktus.

Sementara itu, Ketua HMTE, Alif Faqli Samudra, menyatakan bahwa seminar ini adalah bagian dari upaya mereka untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan. Dalam wawancaranya, Alif menekankan pentingnya memahami pergeseran industri menuju energi hijau. “Kami ingin mahasiswa tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga aktor dalam perubahan ini. Dengan memahami teknologi dan kebijakan terkait energi terbarukan, mahasiswa dapat berperan aktif dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan,” tegasnya.

Alif juga menambahkan bahwa tema seminar ini diangkat untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya transisi menuju energi hijau dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan mitigasi perubahan iklim. “Indonesia memiliki potensi besar dalam energi terbarukan, seperti tenaga angin dan matahari. Mengurangi ketergantungan pada energi fosil dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan menekan emisi karbon,” kata Alif.

Ketua Panitia, Trianto Norhuman, menjelaskan bahwa tema seminar "Transformasi Industri dalam Menghadapi Peralihan Energi Hijau di Masa Depan dengan Membentuk Sumber Daya Manusia yang Kompetitif" dipilih karena energi hijau sangat diperlukan untuk masa depan Indonesia. "Harapan besar kami adalah pada tahun 2045, Indonesia sudah siap dari segi industri dengan energi hijau, bukan hanya mengandalkan energi diesel atau gas, tetapi juga melalui sumber energi terbarukan seperti tenaga surya," ujarnya.

Tujuan utama seminar ini adalah untuk memperingati Hari Listrik sebagai sebuah seremonial dan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan energi listrik di Indonesia ke depannya, serta memastikan bahwa energi listrik dapat lebih terstruktur dan terorganisir. Melalui seminar ini, HMTE berharap mahasiswa tidak hanya mendapatkan wawasan akademis, tetapi juga termotivasi untuk berkontribusi dalam industri energi berkelanjutan di Indonesia.



Rabu, 23 Oktober 2024

Orasi Tanpa Kolaborasi: BEM Fakultas Pertanian Bergerak Demi Petani dari Hati Nurani

PERSMA, 24 Oktober 2024 - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian menggelar orasi Hari Tani dan Pangan di depan Grand Tarakan Mall (GTM) pada Senin (21/10) yang mengusung tema "Memupuk Rasa Cinta Menjadi Petani Muda Menuju Petani Mandiri dan Berdaulat". 

Orasi tanpa kolaborasi ini bertujuan agar dapat menyuarakan aspirasi petani dari hati nurani kepada masyarakat luas dan instansi terkait agar kesejahteraan petani di Tarakan semakin diperhatikan. "Tujuan utama dari orasi ini adalah untuk menyoroti pentingnya peran petani khususnya di kota Tarakan yang kondisinya masih memprihatinkan," Ungkap Maulana selaku ketua panitia. 

Kordinator lapangan, Hamzi, menambahkan bahwa aksi ini juga bertujuan untuk memperluas pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pertanian. 

“Pertanian ini memiliki derajat yang sangat tinggi. Kami ingin menyadarkan para generasi muda, termasuk Gen Z dan Gen Alpha, tentang peran penting petani dan tantangan yang mereka hadapi."  jelas Hamzi.

BEM Fakultas Pertanian berharap orasi ini tidak hanya menjadi kegiatan tahunan, namun berdampak positif terhadap kesadaran masyarakat tentang pentingnya pertanian dan ketahanan pangan, serta mendorong aksi nyata dalam memperbaiki kondisi para petani di Tarakan.

“Kami berharap dampak dari orasi ini dapat terasa, bukan hanya saat peringatan tahunan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Suara petani harus terus disuarakan"  jelas Hamzi. 

Maulana menyampaikan pesan penting kepada masyarakat untuk terus mencari pengetahuan baru terkait pertanian dan ketahanan pangan. 

"Pesan saya tidak banyak, marilah kita terus bertani sampai mati. Kemajuan sektor pertanian harus didukung oleh semua kalangan terutama generasi muda yang akan menjadi pemimpin di masa depan." ungkap Maulana dengan penuh semangat.

Minggu, 06 Oktober 2024

Krisis Internal Guncang BEM UBT, Sejumlah Pengurus Mundur

PERSMA, 7 Oktober 2024 - Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan (BEM UBT) sedang menghadapi krisis internal yang serius. Dilansir dari Instagram BEM UBT (@bem.ubt) pada SURAT KEPUTUSAN KETUA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN NOMOR: 134/X-1/BEM-UBT/SK/IX/2024 tentang PEMBERHENTIAN STATUS KEPENGURUSAN SEBAGAI KEPALA DEPARTEMEN DAN ANGGOTA TETAP menimbulkan berbagai respon dari civitas akademika.

 

Berbagai alasan mendasari keputusan para pengurus untuk mundur. Muammar, Ketua BEM UBT, menjelaskan bahwa sebagian besar pengunduran diri disebabkan oleh alasan pribadi, seperti kesibukan kuliah dan ketidaksesuaian visi. Namun, ada juga beberapa kasus pelanggaran kode etik yang menjadi penyebab pemberhentian pengurus.

“Sebenarnya ada beberapa pengurus yang mengirimkan surat pengunduran diri dengan berbagai alasan, mulai dari kesibukan kuliah, kesibukan di luar, dan ada yang merasa tidak sevisi dengan BEM UBT. Kemudian ada juga yang kami keluarkan karena melanggar kode etik,” ujar Muammar.

Proses pengambilan keputusan pemberhentian, lanjut Muammar, dilakukan secara hati-hati. Berawal dari masuknya surat pengunduran diri pada awal September, beberapa upaya komunikasi telah dicoba. Mulai dari melakukan komunikasi intensif dengan kepala departemen masing-masing untuk menanyakan alasan dan kendala di balik pengunduran diri para staff hingga upaya untuk mempertahankan pengurus yang ingin keluar. Namun, pada akhirnya keputusan mereka bulat, tetap ingin keluar.

Agung Janumat Rifai, mantan Menteri Kajian Strategis, menyoroti masalah internal organisasi sebagai penyebab utama pengunduran dirinya termasuk moralitas, integritas dan independensi.

“Ada ketidaksesuaian antara bagaimana prinsip saya dengan beberapa teman-teman di BEM UBT,” tegas Agung. Ia menambahkan, “Ini bukan persoalan tentang persentase, personal, konflik kecil, tapi ini berkaitan dengan moralitas, integritas dan independensi.”

Di sisi lain, Bintang Al-Qadr, mantan staff kementrian pengembangan inovasi mahasiswa, mengeluhkan kurangnya komunikasi efektif dan keaktifan anggota dalam menjalankan kegiatan BEM.

"Tantangannya ialah keaktifan anggota sebelum dan pada saat kegiatan. Lalu mekanisme yang sudah seharusnya bisa diperbaiki, ketika evaluasi hanya diiyakan namun tak ada perubahan yang terjadi," ujarnya.

Sementara itu Randika Putra, mantan staff Biro Manajemen Kabinet, juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap intervensi yang berlebihan dari Ketua Biro Manajemen Kabinet. Itu menjadi alasan utama dirinya memutuskan untuk keluar.

“Saya memutuskan mengundurkan diri karena ketua biro manajemen kabinet sudah keterlaluan dalam mengintervensi pengurus,” tegas Randika.

Pengunduran diri ini tentu saja berdampak signifikan terhadap kinerja dan program-program BEM. Muammar mengakui bahwa beberapa program yang telah direncanakan menjadi terhambat. Karena beberapa orang yang keluar itu memiliki tanggung jawab penuh terhadap program yang sudah dirancang dari awal. Sehingga ada kesulitan dalam pelaksanaan Program tersebut. Muammar juga menjelaskan bahwa akan ada perombakan dan perumusan jajaran kabinet.

Meskipun situasi saat ini cukup mengkhawatirkan, Agung berharap agar BEM UBT dapat segera bangkit dan melakukan perbaikan. Ia menyarankan agar BEM UBT lebih fokus pada solidaritas dan menjaga nama baik organisasi. Terlepas daripada banyaknya background yang ada BEM UBT.

“Tetaplah ketika kita berada dalam satu naungan yang bernama BEM UBT, kita harus fokus dalam menjalankan program kerja yang sudah direncanakan dan jangan sampai keluar daripada arah-arah yang sudah ditetapkan di BEM UBT sendiri.” pesannya.

Kejadian ini menjadi sorotan serius bagi civitas akademika UBT. Pemberhentian dan pengunduran diri pengurus ini mengindikasikan adanya masalah mendasar dalam tata kelola organisasi BEM yang perlu segera dibenahi. Kepercayaan publik terhadap BEM sebagai representasi suara mahasiswa pun turut terkikis.

Minggu, 08 September 2024

Green Innovation Week: Harapan Baru untuk Masa Depan Lingkungan

PERSMA, 9 September 2024 - Puluhan pemuda penuh semangat berkumpul di Hutan Gunung Selatan untuk merayakan Green Innovation Week pada Sabtu (8/9). Acara yang digagas oleh Green Leadership Indonesia (GLI), organisasi naungan Institut Hijau Indonesia (IHI) yang diawasi langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini menyatukan para aktivis lingkungan, masyarakat umum, dan mahasiswa termasuk UBT dalam satu tujuan, menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidup.

Nur Fitrah, selaku Ketua Panitia, menekankan pentingnya menjaga kelestarian hutan dan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan tidak membuang sampah  sembarangan, terutama di kawasan hutan.

"Hutan adalah rumah banyak makhluk hidup. Mari kita jaga bersama agar generasi mendatang masih bisa menikmati keindahan alam ini," ujar Fitrah.

Meski sukses digelar, Green Innovation Week juga menghadapi tantangan. Sebagian besar sumber dana kegiatan ini berasal dari dana pribadi. Masalah keterbatasan dana membuat panitia harus bekerja keras mencari solusi kreatif. 

Green Innovation Week adalah bukti nyata bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa menyatukan berbagai kalangan. Semoga semangat para pemuda ini menginspirasi kita semua untuk turut berkontribusi dalam menjaga bumi. Nur Fitrah berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. 

"Harapan kami kegiatan ini dapat menginspirasi para pemuda untuk turut serta melestarikan lingkungan dan pemerintah agar lebih peduli terhadap isu lingkungan. Perubahan iklim adalah ancaman nyata yang harus kita hadapi bersama," tutup Fitrah.



(MSS)


Minggu, 01 September 2024

Merawat Alam, Membangun Kebersamaan: Fakultas Teknik UBT Semarakkan Perayaan HUT RI ke-79

PERSMA, 2 September 2024 - Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan (UBT) menyelenggarakan serangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-79. Acara yang berlangsung selama dua hari ini mengusung tema pengabdian masyarakat dan kebersamaan. 

Ketua Panitia, Arya Adi Pratama, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menunjukkan kepedulian mahasiswa teknik terhadap lingkungan dan masyarakat. 

"Kami ingin memperlihatkan bahwa Fakultas Teknik ini bukan fakultas yang apatis dan tertutup. Kami punya pergerakan sendiri dan cara kami sendiri untuk menunjukkan bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar," ujarnya. 

Pembukaan rangkaian acara dimulai Sabtu (31/8) di Gedung SBSN UBT. Selanjutnya, peserta melakukan bakti sosial di kawasan Amal Lama, yang meliputi kegiatan pembersihan pantai dan area perkemahan. Sebagai bagian dari upaya pelestarian lingkungan, mahasiswa juga menanam 100 bibit pohon bakau. Serta dimeriahkan pula oleh lomba khas 17 Agustus untuk mempererat tali silaturahmi dan menumbuhkan semangat kebersamaan pada Minggu (1/9). 

Kegiatan bakti sosial ini tidak hanya melibatkan civitas akademika Fakultas Teknik UBT, tetapi juga berkolaborasi dengan beberapa instansi terkait seperti PLN, Lantamal Yonmarhanlan XIII, dan Dinas Lingkungan Hidup. Kolaborasi ini menunjukkan kepedulian bersama terhadap kelestarian lingkungan dan pengembangan masyarakat. 

Meskipun panitia menghadapi beberapa kendala dalam persiapan, seperti keterbatasan waktu dan jumlah anggota, namun berkat semangat gotong royong dan dukungan dari berbagai pihak, semua tantangan tersebut dapat diatasi dengan baik.

Panitia berharap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk turut aktif dalam kegiatan sosial dan pengabdian masyarakat. Selain itu, mereka juga mengharapkan agar kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan di masa mendatang. 


           (MSS) 

BEM UBT Hiring Terbuka: Tarakan Butuh Solusi, Bukan Wacana!

PERSMA, 7 Maret 2025 – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Borneo Tarakan (UBT) menggelar Hiring Terbuka bersama Pemerintah Kota Tar...